MALANG, KOTA TERTUA BERDASARKAN PRASASTI DAN SITUS PURBAKALA

Kabupaten Malang lahir sejak 28 November 760 berdasarkan Prasasti Dinoyo disebutkan sebuah piagam yang dikeluarkan oleh Kerajaan Kanjuruhan diyakini berada di wilayah Malang. Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diperkirakan telah berdiri pada abad ke-6 Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi dan Bogor sekarang). Bukti tertulis mengenai kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo. Rajanya yang terkenal adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut dan Candi Wurung. Jaman dahulu, ketika Pulau Jawa diperintah oleh raja-raja yang tersebar di daerah-daerah. Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan Tarumanegara, Maharani Shima memerintah di Kerajaan Kalingga (atau "Holing"); dan Raja Sanjaya memerintah di Kerajaan Mataram Kuno.

Di Jawa Timur terdapat pula sebuah kerajaan yang aman dan makmur. Kerajaan itu berada di daerah Malang sekarang, di antara Sungai Brantas dan Sungai Metro, di dataran yang sekarang bernama Dinoyo, Merjosari, Tlogomas dan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru. Kerajaan itu bernama Kanjuruhan.
 Kerajaan Kanjuruhan berada dan berdiri di lembah antara Sungai Brantas dan Kali Metro di lereng sebelah timur Gunung Kawi. Kerajaan ini jauh dari jalur perdagangan pantai atau laut?  Pedalaman Pulau Jawa terkenal dengan daerah agraris, dan di daerah agraris semacam itulah muncul pusat-pusat aktivitas kelompok masyarakat yang berkembang menjadi pusat pemerintahan.

Sejak awal abad masehi,  Hindu dan Buddha menyebar di seluruh kepulauan Indonesia bagian Barat dan Tengah. Sekitar abad ke VI dan VII M menyebar ke daerah pedalaman Jawa bagian Timur termasuk Malang. Di Malang-lah kita mendapati bukti-bukti tertua tentang adanya aktivitas pemerintahan kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa bagian Timur.


Bisa dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo ditulis pada tahun Saka 682 sekitar tahun 760 Masehi. Disebutkan seorang raja bernama Dewa Singha, memerintah keratonnya yang amat besar yang disucikan oleh api Sang Siwa. Raja Dewa Singha mempunyai putra bernama Liswa, setelah memerintah menggantikan ayahnya dia bergelar Gajayana.

Masa Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan berkembang pesat, baik pemerintahan, sosial, ekonomi maupun seni budaya. Raja Gajayana membuat tempat suci pemujaan yang sangat bagus untuk memuliakan Resi Agastya. Sang raja juga menyuruh membuat arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok, sebagai pengganti arca Resi Agastya yang dibuat dari kayu oleh nenek Raja Gajayana.


Dibawah pemerintahan Raja Gajayana, rakyat merasa aman dan terlindungi. Kekuasaan kerajaan meliputi daerah lereng Timur dan Barat Gunung Kawi. Ke utara hingga pesisir laut Jawa. Rakyat hidup aman tenteram, Tidak ada peperangan. Jarang terjadi pencurian dan perampokan, karena raja selalu bertindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.

Rakyat hidup aman, tenteram, dan terhindar dari malapetaka. Raja Gajayana hanya mempunyai seorang putri  jelita diberi nama Uttejana. Seorang putri kerajaan pewaris tahta Kerajaan Kanjuruhan.  Saat dewasa, ia dijodohkan dengan seorang pangeran dari Paradeh bernama Pangeran Jananiya. Pangeran Jananiya dan Permaisuri Uttejana memerintah kerajaan meneruskan pemerintahan Gajayana.

Seperti leluhurnya, mereka berdua memerintah dengan penuh keadilan. Rakyat Kanjuruhan semakin mencintai rajanya. Secara turun-temurun Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh raja-raja keturunan Raja Dewa Singha yang terkenal akan kebijaksanaannya, keadilan, serta kemurahan hatinya. Kerajaan Kanjuruhan berada dibawah pengayoman Mataram Kuno


Tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu.Kerajaan Mataram berkembang pesat, kekuasaannya sangat besar dan disegani oleh raja-raja di seluruh Pulau Jawa. Keinginan untuk memperluas wilayah Kerajaan Mataram Kuna selalu terlaksana, baik melalui penaklukan maupun persahabatan. Kerajaan Mataram Kuna terkenal di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke mancanegara. Wilayahnya luas, kekuasaannya besar, tentaranya kuat, dan penduduknya sangat banyak. Perluasan Kerajaan Mataram Kuna itu sampai pula ke Pulau Jawa bagian timur.

Tidak ada bukti atau tanda bahwa terjadi penaklukan dengan peperangan antara Kerajaan Mataram Kuna dengan Kerajaan Kanjuruhan. Ketika Kerajaan Mataram Kuna diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan menyumbangkan sebuah bangunan candi perwara (pengiring) di komplek Candi Prambanan yang dibangun oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan tahun 856 M ( “Siwa Greha”). Candi pengiring (perwara) itu ditempatkan pada deretan sebelah timur, tepatnya di sudut tenggara. Kegiatan pembangunan semacam itu merupakan suatu kebiasaan bagi raja-raja daerah kepada pemerintah pusat. Maksudnya agar hubungan kerajaan pusat dan kerajaan di daerah selalu terjalin dan bertambah erat.


Di dalam struktur pemerintahan Kerajaan Mataram Kuna zaman Raja Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan lebih dikenal dengan sebutan Rakryan Kanuruhan, artinya “Penguasa daerah” di Kanuruhan. Kanjuruhan sendiri rupa-rupanya perubahan bunyi dari Kanjuruhan. Karena sebagai raja daerah, maka kekuasaan seorang raja daerah tidak seluas ketika menjadi kerajaan yang berdiri sendiri seperti ketika didirikan oleh nenek moyangnya dulu. Kekuasaaan raja daerah di Kanuruhan dapat diketahui waktu itu adalah daerah lereng timur Gunung Kawi.


Kekuasaan Rakryan Kanjuruhan Daerah kekuasaan Rakryan Kanuruhan watak Kanuruhan. Watak adalah suatu wilayah yang luas, yang membawahi berpuluh-puluh wanua (desa). Jadi mungkin daerah watak itu dapat ditentukan hampir sama setingkat kabupaten. Dengan demikian Watak Kanuruhan membawahi wanua-wanua (desa-desa) yang terhampar seluas lereng sebelah timur Gunung Kawi sampai lereng barat Pegunungan Tengger-Semeru ke selatan hingga pantai selatan Pulau Jawa.


Dari sekian data nama-nama desa (wanua) yang berada di wilayah (watak) Kanuruhan menurut sumber tertulis berupa prasasti yang ditemukan disekitar Malang adalah sebagai berikut : daerah Balingawan (sekarang Desa Mangliawan Kecamatan Pakis), daerah Turryan (sekarang Desa Turen Kecamatan Turen), daerah Tugaran (sekarang Dukuh Tegaron Kelurahan Lesanpuro), daerah Kabalon (sekarang Dukuh Kabalon Cemarakandang), daerah Panawijyan (sekarang Kelurahan Palowijen Kecamatan Blimbing), daerah Bunulrejo,dan daerah-daerah di sekitar Malang barat seperti : Wurandungan (sekarang Dukuh Kelandungan – Landungsari), Karuman, Merjosari, Dinoyo, Ketawanggede, yang di dalam beberapa prasasti disebut-sebut sebagai daerah tempat gugusan kahyangan (bangunan candi) di dalam wilayah/kota Kanuruhan.


Keistimewaan pejabat Rakryan Kanuruhan ini disamping berkuasa di daerahnya sendiri, juga menduduki jabatan penting dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno sejak zaman Raja Balitung, yaitu sebagai pejabat yang mengurusi urusan administrasi kerajaan. Jabatan ini berlangsung sampai zaman Kerajaan Majapahit.  (edisi selanjutnya Pasuruan)

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama